Perkembangan Sastra Arab di Masa Nabi Muhammad SAW
Islam telah menggoreskan sejarah perubahan yang menyeluruh pada
sistem kehidupan manusia, baik dari segi spiritual, sosial, politik
maupun sastra dan budaya. Perubahan tersebut tidak hanya terbatas bagi
bangsa Arab saja, namun mencakup seluruh bangsa yang tersentuh oleh
dakwah Islam, sehingga bangsa tersebut tersinari oleh cahaya dan
keutamaan iman.
Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW sendiri lahir pada suatu lingkungan yang memiliki budaya
dan nilai tertentu, maka benturan islam terhadap nilai-nilai tersebut
pun tak dapat terelakkan, sehingga islam datang untuk membatalkan
seluruh nilai yang tidak sesuai ajarannya yang tinggi namun tetap
mempertahankan hal-hal yang sejalan dengannya.
Sastra
Pada periode ini dengan jelas menggambarkan kepada kita tentang
kehidupan masyarakat islam yang bergitu gemilang jauh dari kekacauan,
sebuah lembaran sejarah yang paling indah, kita baca baris-barisnya yang
akan menghembuskan aroma keikhlasan, memperlihatkan cahaya tauhid dan
menampakkan sebuah semangat yang mampu merontokkan gunung, dan
menundukkan berbagai macam kesulitan. Lembaran sejarah itu telah ditulis
dengan darah para syuhada yang kelak pada hari kiamat akan menebarkan
bau wangi bak minyak misik, baris-baris mutiara itu ditulis oleh
tangan-tangan yang suci dan hati yang sehat nan tulus. sebuah masa
dimana kehidupan begitu tenteram dikarenakan keimanan yang ada pada
hati-hati mereka. Pada periode ini sastra pun berkembang sesuai dengan
ruh keislaman.
Maka makalah ini akan membahas tentang
perkembangan sejarah sastra Arab di masa Rasulullah SAW dan para
Khalifah. Yaitu, Abu bakar As-shidiq, Umar bin Khatab, Usman bin Affan,
dan Ali bin Abi Thalib.
KEMENANGAN DIALEK QURAISY
Suku
yaman merupakan suku besar dan terkemuka yang berada di negeri yaman
(habsyah), mereka memiliki kecerdasan dan kemampuan bersosialisasi yang
baik dalam bidang perdagangan dan diplomasi. Sebelum suku-suku lain
memiliki hubungan dengan banyak suku di jazirah arab, suku yaman telah
memiliki hubungan dagang yang baik dengan mesir dan daerah lain.
Sedangkan
suku adnan adalah suku besar dan terkemuka di wilayah mekkah, mereka
merupakan penguasa jalur dan daerah sekitar mekkah baik di bidang
perekonomian, kesusastraan dan bahasa. Suku adnan ini merupakan cikal
bakal ataupun nenek moyang rosulullah yang menguasai air zam zam di
wilayah mekkah.
Suku yaman memiliki hubungan perdagangan yang luas
dan mempunyai akses ke beberapa daerah diantaranya mesir yang pada masa
itu maju dalam perekonomiannya, sehingga lambat laun suku yaman
mengalami kemajuan yang pesat dalam perekonomian disebabkan eratnya
hubungan perdagangan di kedua belah pihak, disisi lain dengan majunya
perekonomian suku yaman berdampak pada kemajuan bidang social budaya
akibat akulturasi dua kebudayaan.
Ketika kemajuan ekonomi social
dan budaya diperoleh suku yaman suatu saat hubungan kerjasama dengan
mesir mengalami kemunduran dan berakhir pada putusnya hubungan diplomasi
antara kedua belah pihak. Sehingga suku yaman mengalihkan hubungan
diplomasi dan perdangangannya dengan negeri syam, dan jalur perjalanan
menuju syam ini harus melewati kota mekkah yang dikuasai oleh suku
adnan. Karena seringnya suku yaman melewati mekkah dan singgah di kota
tersebut maka terjadilah akulturasi kebudayaan diantara kedua suku
tersebut, dimana suku adnan memiliki keuntungan yang lebih besar
dibandingkan dengan suku adnan baik di bidang ekonomi, social maupun
budaya, maka lambat laun suku adnan mengalami kemajuan yang pesat di
berbagai bidang.
Kota mekkah merupakan tempat singgah yang
strategis bagi para musafir dan pedagang di seluruh hijaz, karena mekkah
merupakan suatu wilayah yang subur dan terdapat didalamya air zam zam
yang menjadi sumber mata air abadi yang tidak akan pernah surut dan
menjadi sumber kehidupan manusia diantaranya para pengembara dan
pedagang, senada dengan firman ALLAH :
لايلف قريش, الفهم رحلة الشتاءوالصيف, فليعبدوا رب هذالبيت, الذي اطعمهم من جوع وامنهم من خوف.
Setelah
terjadinya akulturasi kebudayaan diwilayah kota mekkah dan bahasa arab
quraish menjadi bahasa tidak resmi pada masa tersebut, pada akhirnya
dalam kurun waktu antara satu setengah sampai dua abad bahasa Arab
Quraisy memenuhi syarat untuk diterima sebagai bahasa persatuan seluruh
Hejaz karena memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya adalah :
1. Mapan pada bidang ekonomi : suku arab quraish menjadi pengatur pembagian air zam zam di wilayah mekkah.
2. Suku arab quraish memiliki kebudayaan yang tinggi dan mulia
3. Suku quraisy memiliki dialek yang lebih baik dan lengkap daripada suku lain
Momentum
yang dapat dipahami dari hal tersebut diatas adalah superior dan
kemenangan dialek dan bahasa quraisy dibandingkan suku-suku lain sebagai
persiapan turunnya Al-Qur’an.
PERKEMBANGAN MAKNA KATA "ADAB"
Pada
masa jahiliyah kata adab memiliki dua makna yang berbeda, makna pertama
adalah rampatan atau hidangan makan, hal ini sesuai dengan syair arab :
نحن في المشتا ت ندعو الجفلي # لا نري الأدب مناّ يفتقر
“Kami pada musim paceklik mengundang makan para tamu. Tidak terlihat dari kamiyang menjadi fakir karena menjamu tamu”.
Makna
kedua adalah tata karma hal ini terlihat dari ungkapan Hindun binti
Utbah, Ibu dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan ketika menjawab lamaran Abu
Sufyan :
سأ خذه بأدب البعل وبقلّة التلفت
“Akan kuterima dia dengan sikap tata karma dan penuh kesetiaan”
Dalam
perkembangannya makna kata berarti pendidikan dan ilmu pengetahuan,
namun makna tatakrama masih diberlakukan tetapi digunakan dalam bentuk
majaz isti’arah (kiasan), seperti hadits rosul :
انّ هذا القران مأدبة الله في الأ رض فتعلموا من مأدبته
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah suguhan/jamuan ALLAH di bumi, maka belajarlah kamu dari rampatanNya”
Sedangkan adab yang berarti pendidikan sesuai dengan sabda Rosul :
أدبني ربي فأحسن تأديبي
Pada
abad 9 M kata adab mulai dipergunakan dalam makna sastra dengan
diiringi makna ilmu pengetahuan, pendidikan, dan tata karma. Pada masa
tersebut putra khalifah digelari al-adib yang mengandung makna
sastrawan, berilmu dan berakhlaq mulia. Dan para ulama’ masa itu
bersepakat memaknai kata adab dengan :
"كلا م جميل ممتع متفق"
“Tuturan yang indah, menyenangkan, dan member pendidikan dan pengetahuan”
Pada
masa baru ini konsep kata “Adab” mengalami banyak perkembangan antara
lain dimaknai sebagai kebudayaan, civilisasi, atau kat arab lain
tamaddun, adapula yang memaknai satra sebagai suatu karya kreatifitas
seni.
PERIODISASI KESUSASTRAAN ARAB
Tidak terdapat bukti
otentik yang menyebutkan Periode pra Islam atau 'ashrul Jahili, dimulai
pada satu setengah sampai dua abad sebelum Islam, karena pada masa itu
bangsa arab belum mengenal lambing bunyi المعلقا ت و المهذبا ت mereka
menuliskan karya-karya syairnya pada lempengan-lempengan besi atau emas
yang kemudian digantungkan disekitar ka’bah.
Secara geografis
arab merupakan tanah yang panas dan gersang hal ini terjadi setelah
terjadinya banjir pada masa nabi Nuh yang menutupi seluruh permukaan
jazirah arab dengan pasir, yang akibatnya membuat tanah arab menjadi
panas dan gersang. Untuk itulah sebagian besar mata pencaharian bangsa
arab adalah menggembala hewan ternak dan berdagang keluar kota, pada
musim dingin mereka pergi ke syam dan pada musim panas mereka pergi ke
yaman. Pengaruh dari tanah yang pansa dan gersang adalah perilaku orang
arab yang keras dan kasar, sehingga tema-tema kebahasaan yang mereka
angkat umumnya adalah tema naturalis, percintaan, khamr disamping ruet
dalam kebahasaan dan pujian-pujian terhadap wanita yang berakhir pada
puisi-puisi porno (المجا نية (.
Dominasi puisi adalah salah satu
ciri kesusastraan Arab pada periode pra islam, hal ini disebabkan
fitrah kepenyairan bangsa arab yang menonjol dan puisi adalah cara
berbahasa yang paling padat dan singkat, sementara pada masa itu peluang
untuk menulis sedikit dan ketrampilan menuliskan lambing bunyi serta
sarana prasarana masih sangat langka.
Meski pada masa jahiliah
tema puisi yang diangkat kebanyakan adalah tema pornografi, khamr dan
percintaan, namun masih ada beberapa ada penyair yang berbicara tentang
ketuhanan dan aqidah diantaranya adalah Zuhair bin Abi Sulma, beliau
dilahirkan di wilayah Nejed, ayahnya Abi Sulma adalah keturunan kabilah
mudlar, sedangkan ibunya keturunan Fihr bin Murrah dari suku Ghothfan.
Nama-nama Mudlor, Fihr, Murrah disebutkan dalam silsilah Muhammad
Rosulullah SAW. Zuhair berasal dari keluarga berada dan kaya juga
merupakan keluarga penyair.
Contoh bait puisi Zuhair bin Abi Sulma adalah sebagai berikut :
معلقة زهير بن أبي سلمي
فلا تكتمنّ الله ما في نفو سكم # ليخفي و مهما يكتم الله فينكم
يؤخر فيوضع في كتا ب فيدخر # ليوم الحسا ب أ يعجل فينقم
Di
masa pra Islam juga lahir seorang penyair wanita yang tercatat dalam
sejarah sebagai "penyair muhadlromain" atau penyair dua zaman dia adalah
khonsa yang mempunyai empat orang anak yang menjadi syuhada’ ketika
membela agama ALLAH, salah satu bait puisinya adalah :
الحمد لله الذي أما ت أولادي...
Khonsa disebut Udaba’ muhadlromain karena di adal penyair dua zaman yakni periode pra islam dan shadrul islam.
Pada
dasarnya kesusastraan Arab masa Jahili ditandai dengan dominasi puisi,
namun juga terdapat karya-karya yang lain yang berbentuk prosa,
kesusastraan arab jahili membedakan puisi dan prosa dengan ikatan rima
(sajak) dan irama (wazn) yang absolute pada puisi, sementara prosa tidak
mempunyai ikatan tersebut. Sedangkan pada kesusastraan baru puisi
berbeda dengan prosa karena puisi memiliki kepadatan dan symbol-simbol,
asosiasi, dan makna konotasi, sementara rima dan irama masih tetap
dipertahankan dalam batas yang tidak monoton; sedangkan prosa baru
adalah bahasa berurai yang tidak banyak memiliki symbol atau kata
bermakna konotasi.
Bentuk prosa lirik, yaitu bahasa berurai tetapi
bersajak dan berirama, pada umumnya terdapat pada karya sastra lama
yang banyak dijumpai pada madaih nabawiyyah atau pujian kepada
rosulullah.
PERKEMBANGAN SASTRA PADA MASA ROSULULLAH
Pada
masa Rasulullah SAW, karya sastra tertinggi pada masa itu adalah
Al-Qur’an dan Hadits. Dari segi kaidah kebahasaan, Al-qur’an memiliki
aturan-aturan terutama di bidang fonologis, morfologis, dan sintaksis
yang sangat valid dan solid. Hal ini berdampak pada segi bahasa dan
keilmuan. Salah satunya pengaruhnya dalam bidang sastra.
Al-qur’an
berbentuk prosa, hal ini mengakibatkan orang-orang pada masa itu sudah
tidak lagi peduli pada puisi. Hal tersebut dikarenakan pesona prosa
lebih kuat daripada pesona puisi. Landasan yang memperkuat pernyataan
ini adalah QS. Asy-Syu’ara
Di samping itu, Al-qur’an juga telah
mengubah tema kesusastraan pada masa ini, dari yang dulunya beraliran
naturalis-realis yang berisi pujian yang berlebihan terhadap wanita
(porno), hujatan dan ratapan berganti menjadi puji-pujian terhadap Rasul
dan orang-orang sholeh dan tidak ada puisi ratapan lagi.
Pada
masa ini khutbah juga telah mulai populer, Pada periode ini kedudukan
syair mulai tergantikan oleh khutbah dikarenakan beberapa hal, antara
lain :
1. Semangat untuk menyebarkan cahaya islam dengan dakwah dan jihad.
2. Pengaruh Al-Qur’an dan Hadits terhadap kefasihan sastra arab.
3. Berkembangnya diskusi antar masyarakat dalam berbagai pembahasan baik sosial-politik pendidikan dan sebagainya.
4. Penjelasan kebijakan politik dan hukum para khalifah.
Pada
periode ini Kegiatan surat menyurat mulai berkembang dalam rangka
dakwah islamiyah, pengaturan hukum dan kebijakan politik pemerintahan
islam serta penulisan piagam perdamaian antar negeri. Sebagai contohnya
adalah Surat Rasulullah kepada Khalid bin Walid.
Semenjak Allah
memerintahkan Beliau untuk berdakwah kejalan Allah, Beliau begitu
bersungguh-sungguh dalam upaya menyebarkan cahaya Islam dan mengajak
manusia kembali kepada tauhid. Beliau tak pernah lelah dalam mendakwahi
manusia kejalan Allah dengan penuh kebijaksanaan, nasihat yang baik dan
akhlak yang terpuji.
Diantara kabilah Arab yang didakwahi oleh
Beliau adalah kabilah Bani Al-Harits bin Ka’b, Beliau pun mengutus
Khalid bin Walid untuk mengajak mereka kepada Islam. Sampai akhirnya
Khalid bin Walid mengirimkan surat kepada Rasulullah bahwa kabilah
tersebut menerima dakwah Islam. Rasulullah membalas surat tersebut
memerintahkan Khalid bin Walid untuk kembali bersama utusan dari mereka
untuk pembelajaran tentang keislaman Dalam suratnya Beliau berkata :
بـسم الله الرحمن الرحيم : من محمد النبي رسول الله إلى خالد بن الوليد , سلام عليك , فإ ني أحمد إليك الله الذي لا إله إلا هو.
أما
بعد : فإن كتابك جاءني مع رسو لك تخبر أن بني الحارث بن كعب قد أسلموا قبل
أن تقاتلهم , وأجابوا إلى ما دعوتهم إليه من الإسلام , وشهدوا أن لا إله
إلا الله , وأن محمدا عبدالله ورسوله , فبشرهم وأنذرهم , وأقبل واليقبل معك
وفدهم , والسلام عليكم ورحمةالله وبركاته
“Dengan menyebut Nama
Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad sang Nabi
utusan Allah, semoga keselamatan selalu bersamamu, Aku panjatkan puji
kepada Allah untukmu. Amma ba’du : Telah sampai kepadaku surat yang
engkau kirimkan bersama utusanmu, menjelaskan bahwa kabilah Bani
Al-Harits bin Ka’b telah masuk islam dengan damai tanpai terjadi
pertempuran, mereka telah mengikuti apa-apa yang engkau dakwahkan dari
Agama ini, mereka bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah
melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, maka
berilah kabar gembira atas keislaman mereka dan berilah mereka
peringatan, dan kembalilah engkau wahai Khalid bersama utusan dari
kabilah tersebut. Semoga keselamatan, rahmat serta barakah senantiasa
Allah limpahkan kepadamu.”
Sesungguhnya Agama yang mulia ini
senantiasa menyeru kepada kebaikan dan keutamaan dan selalu mencegah
suatu yang hina. Oleh karena itu Islam akan selalu bersikap kagum
terhadap syair-syair yang berisikan kebenaran dan akhlak yang mulia,
Rasulullah pernah bersabda (( Sesungguhnya didalam syair terdapat hikmah
)), Rasulullah juga pernah meminta Hassan bin Sabit untuk mencela
musuh-musuh islam dengan syairnya, beliau berkata (( Celakalah mereka
dan Jibril bersamamu )) Rasulullah juga pernah merasa kagum dengan syair
Hassan bin Sabit yang mencela kaum musyrikin dan berkata (( Hassan
telah mencela dengan sangat mengena )), sebagaimana Rasulullah juga
pernah memuji syair Umayyah bin Abi As-Sholt, Khonsa’ dan juga Ka’b bin
Zuhair dengan Qoasidahnya “Banat Su’ad.”
Namun demikian islam
memerangi syair-syair yang menghancurkan islam dan mengajak manusia
kepada sesuatu yang hina dan menyebabkan kerusakan ditubuh masyarakat.
Rasulullah bersabda terkait dengan syair jenis ini (( Lebih baik dada
kalian dipenuhi oleh nanah daripada harus dipenuhi dengan syair yang
demikian ))
Allah berfirman dalam Surat Asy-Syu’ara ayat 224-227
Yang artinya : “Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang
sesat. Tidakkah kamu melihat bahwa mereka mengatakan apa yang mereka
sendiri tidak mengerjakannya? Dan mereka pun suka mengatakan apa yang
mereka sendiri tidak mengerjakannya. Kecuali orang-orang
(penyair-penyair) yang beriman dan beramal shaleh serta banyak menyebut
Allah. Mereka pun mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman.
Adapun orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka
akan kembali.
Allah juga berfirman dalam surat Ibrahim:
24-26“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim
dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk
seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari
permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun
Pada periode
ini muncul jenis syair baru yaitu syair dakwah islamiyah, syair
pembangkit semangat juang, syair untuk mengingat kebaikan para syuhada
serta pendeskripsian alat-alat perang. Para periode ini pula jenis-jenis
syair yang telah ada sejak zaman Jahiliyah semakin diperkuat dengan ruh
islami. Contoh Syair Pada periode ini:
HASSAN BIN SABIT MENANTANG KAUM MUSYRIKIN SEBELUM FATHU MEKKAH.
Kaum
Quraisy membuat kesepakatan damai salama sepuluh tahun dengan Nabi pada
tahun ke 6 Hijriah, akan tetapi mereka mengkhianati perjanjian
tersebut, maka Rasulullah pun menyiapkan bala tentara untuk memerangi
kaum musyrikin Quraisy dan membuka kota Mekkah.
Pada syair berikut
ini Hassan bin Sabit menggambarkan persiapan pasukan kaum muslimin
dalam rangka menghadapi musuh mereka dengan memuji Rasulullah dan para
sahabatnya serta mencela dan menantang musuh mereka, Ia berkata :
عـدمـنا خـيـلـنا إن لـم تروها تـثــيرالـنـقـع ـموعـدها كـدا
فــإمـا تعــرض عـنا اعتمرنا و كان الفتح وانكشف الغطاء
وإلا فــاصبـروا لـجـلاد يـوم يـعـيـن الله فـيـه مــن يــشـاء
وجـبـريـل رســول الـله فيـنا وروح الـقـدس لـيـس له كفاء
وقــال الله قـد أرسـلـت عـبدا يـقـول الـحـق إن نـفـع الـبلاء
شهـد ت بـه فـقومـوا صدقوه فــقـلـتـم لا نــقـوم ولا نـشــاء
وقــال الله قـد ســيرت جـنـدا هـم الأنـصـار عرضتها اللقاء
Kami akan musnahkan kuda-kuda kami
jika kalian tidak melihatnya menghempaskan debu menuju Kada’
Walaupun kalian menghalangi jalan kami, kami akan tetap berumroh
dan membuka kota Mekkah hingga tersingkaplah kebenaran
Namun jika kalian tetap menghalangi maka bersabarlah terhadap hari yang ganas
dan Allah selalu menolong siapa saja yang dikehendaki-Nya
Jibril Sang Utusan Allah selalu bersama kami
dan Ruhul Qudus takkan ada yang menandinginya
Allah berkata bahwa ia telah mengirimkan utusan-Nya
demi menyampaikan kebenaran bagi siapa yang membutuhkannnya
Aku disini bersaksi atas kerasulannya maka mari berdiri dan bersaksilah
namun kalian mengatakan “kami tidak akan berdiri dan tak mau bersaksi”
Allah telah berkata bahwa ia telah mengirimkan pasukan
mereka adalah kaum Anshar yang kepiawaiannya bertempur
Sumber : http://ichsanmufti.wordpress.com
Para
ahli sastra menetapkan Rasulullah SAW sebagai sastrawan tertinggi di
masa Shadrul islam karena mukjizat Al-qur’an dan hadist. Sedangkan
peringkat kedua diduduki oleh ali bin Abi Thalib (hasan zayyad)
dengankarya yang dibukukan dengan judul nahjul Balaghoh oleh Syarif
Radli. Namun, pada masa Rasulullah SAW. Hadist nabi belum dibukukan
karena pada masa itu masih fokus dalam pembukuan Al-qur’an, jadi takut
akan adanya kerancuan dalam pembukuan keduanya.
PERKEMBANGAN SASTRA PADA MASA KHALIFAH ABU BAKAR DAN KHALIFAH UMAR
Abu
bakar Ash-shiddiq dan Umar bin Khotob adalah khalifah pertama
sepeninggalan Rasulullah SAW. Dalam kepemimpinannya, islam mengalami
kemajuan yang sangat pesat di segala bidang. Kemajuan itu antara lain
dalam bidang perluasan daerah, pengaturan kas negara dan lain-lain.
Kemajuan juga tampak di bidang sastra dan ilmu pengetahuan seperti
dalam hal khitobah, puisi, dan prosa.
• Khutbah
Pada periode ini kedudukan syair mulai tergantikan oleh khutbah dikarenakan beberapa hal, antara lain :
1. Semangat untuk menyebarkan cahaya islam dengan dakwah dan jihad.
2. Pengaruh Al-Qur’an dan Hadits terhadap kefasihan sastra arab.
3. Berkembangnya diskusi antar masyarakat dalam berbagai pembahasan baik sosial-politik pendidikan dan sebagainya.
4. Penjelasan kebijakan politik dan hukum para khalifah.
Contoh Khutbah Pada periode ini:
Khutbah Abu Bakar Ash-Siddiq Ketika Diangkat Sebagai Khalifah
Sesaat
setelah Meninggalnya Rasulullah – Shallallahu ‘alaihi wasallam- kaum
muslimin memilih Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu sebagai pemimpin mereka
karena berbagai keutamaan yang ada padanya, ia adalah lelaki pertama
yang beriman kepada Rasulullah, teman beliau didalam gua tsaur dan teman
setia beliau ketika berhijrah ke Mekkah, Rasulullah juga pernah
memerintahkannya untuk menjadi imam menggantikan beliau ketika beliau
sakit.
Ketika diangkat sebagai Khalifah beliau berkhutbah kepada
sekalian kaum muslimin dengan terlebih dahulu memuji Allah dan berkata :
أيها
الناس, إني قد وليت عليكم ولست بخيركم , فإن رأيتمني على حق فأعينوني ,
وإن رأيتموني على باطل فسددوني , أطيعوني ما أطعت الله فيكم , فإذا عصيته
فلا طاعة لي عليكم , ألا إن أقواكم عندي الضعيف , حتى آخذ الحق له , و
أضعفكم عندي القوي حت آخذ الحق منه.
أقول قولي هذا , و أستغفر الله لي ولكم
“Wahai
sekalian manusia, sesungguhnya aku sekarang telah memimpin kalian,
namun aku bukanlah yang terbaik diantara kalian, jika kalian melihatku
berjalan diatas kebenaran maka bantulah aku, sedangkan jika kalian
melihatku diatas kebatilan maka luruskanlah langkahku, taatilah aku
selama aku mentaati Allah, dan apabila aku melakukan sebuah kemaksiatan
maka kalian tidak boleh taat terhadapku akan hal itu, ketahuilah…
Bahwasanya orang yang paling kuat diantara kalian dimataku adalah orang
yang lemah hingga ia memperoleh haknya, sebaliknya orang yang terlemah
dimataku adalah orang yang kalian anggap paling kuat hingga ia
mengembalikan hak-hak orang lain. Demikianlah apa yang aku sampaikan
kepada kalian seraya memohon ampun atas diriku dan kalian semua kepada
Allah.”
Penulisan ayat-ayat al-Qur’an sudah dimulai sejak zaman
Nabi Muhammad, bahkan sejak awal diturunkannya al-Qur’an yang diwahyukan
secara berangsur-angsur selama sekitar 23 tahun.
Setelah
Rasulullah wafat dan Abu Bakar menjadi Khalifah, terjadi Perang Yamamah
yang merenggut korban kurang lebih 70 sahabat penghafal al-Qur’an.
Banyaknya sahabat yang gugur dalam peristiwa tersebut timbul
kekhawatiran dikalangan sahabat khususnya Umar ibn al-Khattab akan
menyebabkan hilangnya al-Qur’an. Uamar menyarankan kepada Abu Bakar dan
beliau menyetujuinya. Kemudian ditunjuklah Zaid ibn Tsabit dengan
berpegang pada tulisan yang tersimpan di rumah Rasulullah, hafalan dari
sahabat dan naskah yang ditulis oleh para sahabat untuk dirinya sendiri.
• Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Di
beberapa wilayah perkotaan jumlah penduduknya lebih banyak dan
alat-alat lebih lengkap, yang timbul dari banyaknya sumber pencaharian
yang disebabkan oleh suburnya tanah atau cepatnya pertukaran barang
dengan orang lain. Banyaknya penduduk diikuti dengan kemakmuran yang
memungkinkan bagi mereka meluangkan waktu untuk kegiatan mencari nafkah,
diikuti pula dengan meningkatnya pemikiran penduduk. Dengan demikian
muncullah pendapat-pendapat, ilmu dan akan berkembang pada kesusastraan.
Lahirnya
ilmu Qira’at erat kaitanya dengan membaca dan mempelajari al-Qur’an.
Terdapatnya beberapa dialek bahasa dalam membaca al-Qur’an, dikawatirkan
akan terjadi kesalahan dalam membaca dan memahaminya. Oleh karenanya
diperlukan standarisasi bacaan dengan kaidah-kaidah tersendiri. Apalagi
bahasa Arab yang tidak bersyakal tertentu menimbulkan kesulitan dalam
membacanya. Untuk mempelajarinya khalifah Umar telah mengutus Muadz ibn
Jabbal ke Palestina, Ibadah ibn as-Shamit ke Hims, Abu Darda’ ke
Damaskus, Ubay ibn Ka’ab dan Abu Ayyub tetap di Madinah.
Menafsirkan
al-Qur’an adalah keperluan dasar untuk memahami ayat-ayat, sebagaimana
telah dijelaskan sendiri oleh Rasulullah baik dengan ayat-ayat al-Qur’an
maupun dengan al-Hadits. Ini tahap awal dari munculnya Ilmu Tafsi.
Beberapa sahabat telah mempelajari dan menafsirkan al-Qur’an sesuai
dengan apa yang mereka terima dari Rasul, diantaranya: Ali ibn Abi
Tholib, Abdullah ibn Abbas, Abdullah ibn Mas’ud dan Abdullah ibn Ka’ab.
Ilmu
Hadist belum dikenal pada masa Khulafa al-Rasyidin tetapi pengetahuan
tentang hadist tersebar luas dikalangan umat Islam. Usaha mempelajari
dan menyebarkan hadist, seiring dengan kegiatan mempelajari dan
menyebarkan al-Qur’an. Untuk memahami al-Qur’an tidak dapat dilepaskan
dari pengetahuan tentang hadist. Beberapa sahabat yang menyebarluaskan
hadist atas perintah Umar adalah Abdullah ibn mas’ud ke Kota Kuffah,
Ma’kal ibn Yassar ke Basrah, Ibadah ibn Shamit dan Abu Darda’ ke Syiria.
Ilmu
Nahwu lahir dan berkembang di Basrah dan Kuffah, karena di dua kota
tersebut banyak bermukim kabilah Arab yang berbicara dengan bermacam
dialek bahasa. Disana juga bermukim orang-orang yang berbahasa Persia.
Ali bin Abi Thalib adalah pembina dan penyusun pertama dasar ilmu nahwu.
Abu Aswad ad-Duali (masa Bani Umayyah) belajar kepadanya.
Khath
al-Qur’an berkaitan erat dengan penulisan dan penyebaran al-Qur’an.
Dalam Islam seni menulis al-Qur’an sangat dihargai, dan tidak satu
aksara pun di dunia ini menjadi seni artistik yang hebat seperti aksara
arab. Orang Arab belajar tulisan Nabti /Naskhi dari perdagangan keluar
Syam, tulisan Kufi dari Irak.
Pertumbuhan Ilmu Fiqh tidak dapat
dilepaskan dari al-Qur’an dan Hadist sebagai sumbernya, karena itu tidak
mengherankan jika ahli-ahli fiqih pada umumnya terdiri dari mereka yang
ahli pula yang ahli al-Quran dan sunnah atau al-Hadits. Beberapa
sahabat yang mempunyai keahlian dalam bidang fiqih: Umar ibn Khatthab,
Ali ibn Abi Thalib, Zaid ibn Tsabit (tinggal di Makkah), Abdullah ibn
Abas (Makkah), Abdullah ibn Mas’ud (Kuffah), Anas ibn Malik (Basrah)
dll.
Al-Harits ibn Kaladah yang berasal dari Thaif (w. 13 H), tercatat sebagai seorang dokter pada masa permulaan awal Islam.
• Perkembangan Sastra
Sastra
adalah inti seni, bagaikan tercermin dari segala yang hidup dikalangan
bangsa Arab, baik yang bersifat spiritual, politik, maupun selain
keduanya. Islam terkait dan tak dapat dipidahkan dari bahasa Arab
melalui al-Qur’an. Kesusteraan Arab dimulai dengan lembaran yang tak
mungkin dicipta oleh manusia. Tebukti bahasa Arab merupakan bahasa yang
sempurna dalam menangani topik yang sangat halus dari bentuk bahasa yang
ditampilkan.
Pengamat sastra pada umumnya menyatakan ada dua pendapat tentang perkembangan sastra masa Khulafa al-Rasyidun :
1.
Sastra mengalami stagnasi karena perhatian yang lebih kepada bahasa
al-Qur’an, sehingga syair dan sastra kurang berkembang.
2.
Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi untuk kegiatan sastra, karena dalam
berdakwah diperlukan bahasa yang indah. Pengaruh Qur’an dan Hadis tidak
bisa dilepaskan karena keduanya menjadi sumber pokok ajaran Islam.
Secara
khusus dijelaskan bahwa puisi pada masa tersebut tidak jauh dari puisi
pada masa Rasul, yang juga tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya
(Jahiliyah). Maksudnya bahwa puisi kurang majudan berkembang kerena
lebih memperhatikan al-Qur’an, sehingga aroma struktural kata dalam
puisi sangat terpengaruh oleh al-Qur’an. Prosa tertuang dalam 2 bentuk
yaitu Khithabah ( bahasa pidato) dan kitabah (bahasa korespondensi).
Khithabah menjadi alat yang paling efektif untuk berdakwah mengalami
kesempurnaannya karena pengaruh al-Qur’an. Ruhnya khitabah adalah Rasul
dan para khalifah, mereka adalah pemimpin yang sekaligus sastrawan,
mereka sangat baligh dan fasih dalam berkhotbah. Ahli pidato yang
sangat terkenal adalah Ali ibn Abi Thalib, khutbahnya dikumpulkan dalam
kitab ”Nahj al-Balaghah” Tentang Kitabah tidak mengalami kemajuan
sepesat khithabah meskipun di dalamnya banyak didapatkan nilai-nilai
sastra.
Para penyair dua masa yaitu pra Islam dan masa Islam
disebut Mukhadhram”, seperti Hasan ibn Tsabit dan Kaab ibn Zuhair. Hasan
ibn Tsabir adalah penyair rumah tangga Rasul, ia selalu mengubah
syair-syair untuk membela Islam dan memuliakan Rasulnya.
PERKEMBANGAN SASTRA PADA MASA BANI UMAYYAH
1. Asal Mula Bani Umayyah
Bani
Umayyah diambil dari nama Umayyah, kakeknya Abu Sofyan bin Harb, atau
moyangnya Muawiyah bin Abi Sofyan. Umayyah hidup pada masa sebelum
Islam, ia termasuk bangsa Quraisy. Daulah Bani Umayyah didirikan oleh
Muawiyah bin Abi Sufyan dengan pusat pemerintahannya di Damaskus dan
berlangsung selama 90 tahun (41 – 132 H / 661 – 750 M).
Muawiyah
bin Abi Sufyan sudha terkenal siasat dan tipu muslihatnya yang licik,
dia adalah kepala angkatan perang yang mula-mula mengatur angkatan laut,
dan ia pernah dijadikan sebagai amir “Al-Bahar”. Ia mempunyai sifat
panjang akal, cerdik cendekia lagi bijaksana, luas ilmu dan siasatnya
terutama dalam urusan dunia, ia juga pandai mengatur pekerjaan dan ahli
hikmah.
Muawiyah bin Abi Sufyan dalm membangun Daulah Bani Umayyah
menggunakan politik tipu daya, meskipun pekerjaan itu bertentangan
dengan ajaran Islam. Ia tidak gentar melakukan kejahatan. Pembunuhan
adalah cara biasa,asal maksud dan tujuannya tercapai.
Daulah Bani
Umayyah yang berpusat di Damaskus, telah diperintah oleh 14 orang
kholifah. Namun diantara kholifah-kholifah tersebut, yang paling
menonjol adalah : Kholifah Muawiyah bin Abi Sufyan, Abdul Malik bin
Marwan, Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz dan Hisyam bin Abdul
Malik.
2. Peta Daerah Perkembangan Islam Pada Masa Kejayaan Bani Umayyah
Dalam
upaya perluasan daerah kekuasaan Islam pada masa Bani Umayyah, Muawiyah
selalu mengerahkan segala kekuatan yang dimilikinya untuk merebut
kekuasaan di luar Jazirah Arab, antara lain upayanya untuk terus merebut
kota Konstantinopel. Ada tiga hal yang menyebabakan Muawiyah terus
berusaha merebut Byzantium. Pertama, karena kota tersebut adalah
merupakan basis kekuatan Kristen Ortodoks, yang pengaruhnya dapat
membahayakan perkembangan Islam. Kedua, orang-orang Byzantium sering
melakukan pemberontakan ke daerah Islam. Ketgia, Byzantium termasuk
wilayah yang memiliki kekayaan yang melimpah.
Pada waktu Bani
Umayyah berkuasa, daerah Islam membentang ke berbagai negara yang berada
di benua Asia dan Eropa. Dinasti Umayyah, juga terus memperluas peta
kekuasannya ke daerah Afrika Utara pada masa Kholifah Walid bin Abdul
Malik , dengan mengutus panglimanya Musa bin Nushair yang kemudian ia
diangkat sebagai gubernurnya. Musa juga mengutus Thariq bin Ziyad untuk
merebut daerah Andalusia.
Keberhasilan Thariq memasuki Andalusia,
membuta peta perjalanan sejarah baru bagi kekuasaan Islam. Sebab, satu
persatu wilayah yang dilewati Thariq dapat dengan mudah ditaklukan,
seperti kota Cordova, Granada dan Toledo. Sehingga, Islam dapat tersebar
dan menjadi agama panutan bagi penduduknya. Tidak hanya itu, Islam
menjadi sebuah agama yang mampu memberikan motifasi para pemeluknya
untuk mengembangkan diri dalam berbagai bidang kehidupan social,
politik, ekonomi, budaya dan sebaginya. Andalusia pun mencapai kejayaan
pada masa pemerintahan Islam.
3. Kemajuan dan Keunggulan Bani Umayyah
Di
masa Bani Umayyah ini, kebudayaan mengalami perkembangan dari pada masa
sebelumnya. Di antara kebudayaan Islam yang mengalami perkembangan pada
masa ini adalah seni sastra, seni rupa, seni suara, seni bangunan, seni
ukir, dan sebaginya.
Pada masa ini telah banyak bangunan hasil
rekayasa umat Islam dengan mengambil pola Romawi, Persia dan Arab.
Contohnya adalah bangunan masjid Damaskus yang dibangun pada masa
pemerintahan Walid bin Abdul Malik, dan juga masjid Agung Cordova yang
terbuat dari batu pualam.
Seni sastra berkembang dengan pesatnya,
hingga mampu menerobos ke dalam jiwa manusia dan berkedudukan tinggi di
dalam masyarakat dan negara. Sehingga syair yang muncul senantiasa
sering menonjol dari sastranya, disamping isinya yang bermutu tinggi.
Dalam
seni suara yang berkembang adalah seni baca Al-Qur’an, qasidah, musik
dan lagu-lagu yang bernafaskan cinta. Sehingga pada saat itu bermunculan
seniman dan qori’/ qori’ah ternama.
Perkembangan seni ukir yang
paling menonjol adalah penggunaan khot Arab sebagai motif ukiran atau
pahatan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya dinding masjid dan
tembok-tembok istana yang diukur dengan khat Arab. Salah satunya yang
masih tertinggal adalah ukiran dinding Qushair Amrah (Istana Mungil
Amrah), istana musim panas di daerah pegunungan yang terletak lebih
kurang 50 mil sebelah Timur Amman.
Dalam bidang ilmu pengetahuan,
perkembangan tidak hanya meliputi ilmu pengetahuan agama saja, tetapi
juga ilmu pengetahuan umum, seperti ilmu kedokteran, filsafat,
astronomi, ilmu pasti, ilmu bumi, sejarah, dan lain-lain.
Pada ini
juga, politik telah mengaami kamajuan dan perubahan, sehingga lebih
teratur dibandingkan dengan masa sebelumnya, terutama dalam hal Khilafah
(kepemimpinan), dibentuknya Al-Kitabah (Sekretariat Negara), Al-Hijabah
(Ajudan), Organisasi Keuangan, Organisasi Keahakiman dan Organisasi
Tata Usaha Negara.
Kekuatan militer pada masa Bani Umayyah jauh
lebh berkembang dari masa sebelumnya, sebab diberlakukan Undang-Undang
Wajib Militer (Nizhamut Tajnidil Ijbary). Sedangkan pada masa
sebelumnya, yakni masa Khulafaurrasyidin, tentara adalah merupakan
pasukan sukarela. Politik ketentaraan Bani Umayyah adalah politik Arab,
dimana tentara harus dari orang Arab sendiri atau dari unsure Arab.
Pada
masa ini juga, telah dibangun Armada Islam yang hampir sempurna hingga
mencapai 17.000 kapal yang dengan mudah dapat menaklukan Pulau Rhodus
dengan panglimanya Laksamana Aqabah bin Amir. Disamping itu Muawiyah
juga telah membentuk “Armada Musin Panas dan Armada Musim Dingin”,
sehingga memungkinkannya untuk bertempur dalam segala musim.
Dalam
bidang social budaya, kholifah pada masa Bani Umayyah juga telah banyak
memberikan kontribusi yang cukup besar. Yakni, dengan dibangunnya rumah
sakit (mustasyfayat) di setiap kota yang pertama oleh Kholifah Walid
bin Abdul Malik. Saat itu juga dibangun rumah singgah bagi anak-anak
yatim piatu yang ditinggal oleh orang tua mereka akibat perang. Bahkan
orang tua yang sudah tidak mampu pun dipelihara di rumah-rumah tersebut.
Sehingga usaha-usaha tersebut menimbulkan simpati yang cukup tinggi
dari kalangan non-Islam, yang pada akhirnya mereka berbondong-bondong
memeluk Islam.
0 komentar:
Posting Komentar